Saturday, September 20, 2008

Mengenal Alzheimer


Mengenal Alzheimer
Melok R. Kinanthi, M.Psi, Psikolog

Pendahuluan

 

Oleh masyarakat awam, pikun sering kali dianggap sebagai gejala penuaan yang secara alamiah terjadi pada setiap manusia yang sudah memasuki tahap lanjut usia. Nyatanya, pikun bukanlah sekedar gejala penuaan yang wajar terjadi. Dalam kajian medis, pikun dapat ditenggarai sebagai ciri-ciri penyakit Alzheimer, yakni sejenis penyakit penurunan fungsi saraf otak yang kompleks dan progresif. Pada tahun 2005, penderita Demensia di kawasan Asia Pasifik berjumlah 13,7 juta orang, dan menjelang 2050 jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 64,6 juta orang.

Mengingat 'pikun' sebagai ciri utama penyakit ini, tidak berlebihan kiranya bila banyak orang mengira Alzheimer merupakan penyakit khas yang hanya menimpa individu lanjut usia. Terlebih lagi, hasil penelitian WHO menunjukan dari satu milyar penduduk dunia yang berusia lebih dari 60 tahun, 10 % nya merupakan pengidap Alzheimer (2003). Namun pada kenyataannya penyakit ini tidak hanya menimpa para individu lanjut usia saja, Individu usia produktif pun dapat juga terkena penyakit ini. Dampak yang ditimbulkan oleh penyakit ini, baik secara fisik maupun psikologis pun tidak main-main. Penderita Alzheimer, dapat mengalami kematian mental secara perlahan-lahan sebelum mereka mengalami kematian fisik. Dukungan sosial dari lingkungan di sekitar penderita kiranya amat sangat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup mereka yang terkena Alzheimer. Itulah kira-kira inti pesan yang hendak disampaikan oleh film A Moment to Remember. Film yang diproduksi oleh Korea ini juga hendak mensosialisasikan bahwa Alzheimer dapat menimpa siapa saja, dan oleh karenanya penegetahuan mengenai penyakit ini wajib diketahui agar dapat dilakukan pencegahan sedini mungkin, atau bila sudah terlanjur terkena, semoga manajemen perawatan yang baik secara holistic dapat meningkatkan kualitas hidup para penderitanya.


PEMBAHASAN

Gangguan Fungsi Kognitif (Cognitive Disorder)

 


Untuk dapat memahami penyakit Alzheimer secara komprehensif, maka ada baiknya kita telusuri terlebih dahulu kedudukan penyakit ini sebagai bagian dari Gangguan Fungsi Kognitif (Cognitive Disorder).

 

Ada tiga jenis gangguan yang tergolong dalam Cognitive Disorder ini, yaitu Delirium, Dementia, dan Amnesia. Ketiganya memiliki suatu persamaan, yakni adanya ciri khas Cognitive Disorder berupa kerusakan pada sistem kognisi individu, yang meliputi proses mengingat, kemampuan berbahasa, dan konsentrasi.

Delirium merupakan gangguan kesadaran dan penurunan fungsi kognisi yang berlangsung dalam periode yang singkat. Delirium disebabkan oleh kondisi medis, penggunaan zat (seperti narkoba, pengobatan, atau racun), maupun kombinasi keduanya. Demensia merupakan penurunan fungsi kognisi yang lebih kompleks, lebih stabil dan lebih lama (bila dibandingkan dengan delirium), termasuk didalamnya terdapat kerusakan memori. Meski sama-sama melibatkan kerusakan kognitif, pada demensia kerusakan kognitif yang terjadi lebih menetap dan lebih stabil bila dibandingkan dengan delirium. Perbedaan lain, bila pasien demensia masih tetap bisa dalam kondisi terjaga (sadar), maka kesadaran pasien delirium telah menurun. Mengenai demensia akan diuraikan lebih lanjut pada segmen berikutnya.

 


Selain delirium dan demensia, jenis gangguan kognisi yang lain adalah amnesia. Bila yang terjadi pada delirium dan demensia, pasien mengalami kerusakan fungsi kognitif di beberapa sektor (tidak hanya memori, namun juga fungsi bahasa dan konsentrasi), maka pasien amnesia hanya murni mengalami kerusakan fungsi memori saja.

Demensia

 


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya demensia merupakan salah satu jenis gangguan fungsi kognitif yang ditandai dengan kerusakan memori, dan minimal salah satu dari kondisi tersebut ini ; aphasia, apraxia, agnosia, atau gangguan fungsi eksekutif. Demesia terdiri dari berbagai macam tipe. Alzheimer merupakan salah satu diantaranya. Jenis demensia yang lain adalah : Vascular dementia, Dementia due to other general medical condition (HIV, Trauma kepala, Parkinson, Huntington), Substance induced persisting dementia, Dementia due to multiple etiologies, Dementia not other specified.

 


Penurunan fungsi kognitif pada penderita demensia harus terjadi secara signifikan, menyebabkan gangguan pada fungsi sosial atau pekerjaan individu , dan mencerminkan adanya suatu penurunan ke level yang lebih rendah daripada sebelumnya.

 

Individu dengan demensia tidak dapat mempelajari materi baru, atau mereka lupa dengan materi yang telah diajarkan. Mereka bisa kehilangan dompet, kunci, lupa sedang memasak makanan, ataupun tersesat. Pada taraf dementia yang lebih parah, individu dapat lupa dengan pekerjaannya, sekolah, ultah, anggota keluarga.

 

Seperti sudah dijelaskan di bagian awal, bahwa demensia memiliki ciri-ciri khas, yakni penurunan fungsi kognitif, yang meliputi Aphasia, Apraxia, Agnosia, dan gangguan eksekutif.
Aphasia merupakan penurunan atau kerusakan pada fungsi bahasa. Aphasia tercermin dalam bentuk; susah menyebutkan nama orang atau objek; ucapan individu terdengar "kabur", tidak jelas; long circumlocutory phrases; banyak menggunakan kata-kata indefinit, seperti itu atau ini; pengulangan bahasa. Pada taraf dementia yang sudah parah, individu dapat menjadi bisu (mute) atau mengalami penurunan pola bicara secara progresif, seperti ekolalia (meniru apa yang didengar) atau palilaia (mengucapkan kata berulang-ulang).

 

Apraxia merupakan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas motorik meskipun tidak ada kerusakan motorik (alat motorik lengkap & berfungsi) dan fungsi sensori. Mereka tidak bisa melakukan gerakan untuk penggunaaan objek, misalnya menyisir rambut dengan sisir atau melakukan gerakan motorik seperti melambaikan tangan. Apraxia membuat individu tidak dapat memasak, mengenakan pakaian, dsj.

 

Agnosia merupakan ketidakmampuan mengenali objek meski tidak ada kerusakan fungsi sensori. Meskipun hasil pemeriksaan kesehatan menunjukan bahwa indra penglihatan individu normal, namun ia tidak dapat mengenali benda-benda seperti pensil, anggota keluarga, bahkan wajahnya sendiri di cermin. Demikian pula, dengan fungsi taktil yang normal, mereka tetap tidak mampu mengidentifikasikan objek yang diletakan di tangan mereka dengan menyentuh objek itu.

 

Gangguan ekskutif merupakan kemampuan untuk berpikir abstrak dan merencanakan, inisiatif, monitoring, dan perilaku kompleks lainnya. Termasuk kemampuan untuk memilah mental set. Ketidakmampuan berpikir abstrak ditunjukan oleh individu dengan mengalami kesulitan dalam melakukan hal-hal baru, atau menghindari situasi yang membutuhkan proses informasi baru dan kompleks.


Alzheimer : Suatu Jenis Demensia

 


Penyakit alzheimer ditemukan oleh dr. Alois Alzheimer, tahun 1907. Meski banyak sejumlah tokoh dunia ternama yng mengidap penyakit ini, publikasi yang minim tentang Alzheimer membuat keberadaan pnyakit ini baru popular sejak 1994 pada saat Ronald Reagan, mantan presiden AS, diketahui mengidap Alzheimer.

 


Alzheimer, dengan ciri utama pikun, merupakan suatu PENYAKIT, bukan proses perjalanan usia yang normal. Dalam DSM IV TR, disebutkan bahwa seseorang apat didiagnosa mengidap penyakit Alzheimer bila memenuhi kriteria berikut ini

 

A. Mengalami penurunan fungsi kognitif yang kompleks, meliputi:
a.1 Kerusakan memori (tidak dapat mempelajari materi baru & gagal memanggil kembali info yang telah dipelajari).

 

a.2 Penurunan fungsi kognitif meliputi satu (atau lebih) gangguan berikut: Aphasia , Apraxia, Agnosia, Gangguan Fungsi Eksekutif.

 

Gejala pada kriteria A, bukan disebabkan oleh kondisi sistem syaraf (Cerebrovascular disease, Parkinson, Huntington's, Subdural hematoma, Normal-pressure hydrocephalus, Brain tumor) atau disebabkan oleh kondisi sistemik (seperti Hypotiroidism, Folic acid deficiency, Hypercalcemia, HIV infection atau Substance-induced condition)

 

B. Penurunan fungsi kognitif harus secara signifikan, menyebabkan gangguan pada fungsi sosial atau pekerjaan, dan mencerminkan adanya suatu penurunan ke level yang lebih rendah daripada sebelumnya.

 

C. Onset (permulaan terjadinya) berangsur-angsur, menuju penurunan fungsi kognisi secara berkesinambungan

 

D. Gejala tidak terjadi secara eklusif selama fase delirium

 

E. Gejala tidak dibarengi oleh gangguan Axis 1 lainnya (seperti Major depressive disorder, Schizophrenia).

Lebih lanjut, DSM IV TR membagi Alzheimer menjadi beberapa jenis. Berdasarkan waktu timbulnya (onset), Alzheimer terdiri dari Alzheimer With Early Onset (terjadi dibawah usia 65 tahun) dan Alzheimer With Late Onset (terjadi diatas usia 65 tahun). Meski rata-rata Alzheimer diderita oleh individu lanjut usia, namun tidak menutup kemungkinan penyakit ini terjadi pada individu yang berusia muda.

 

Kemudian, berdasarkan ada atau tidaknya gangguan perilaku, penggolongan Alzheimer terbagi menjadi Alzheimer With Behavioural Disturbance dan Alzheimer Without Behavioural Disturbance. Gangguan perilaku yang biasanya menyertai timbulnya Alzheimer adalah agitasi dan wandering.

 

Penyebab penyakit Alzheimer belum diketahui pasti, ditenggarai ada unsur genetik yang berperan disini. Dari hasil penelitian laboratorium, ditemukan bahwa volume otak penderita Alzheimer mengecil. Dalam otak penderita juga banyak ditemukan zat-zat tertentu yang menyebabkan terganggunya kerja sel saraf di lobus parietalis-temporalis, hipocamppus, kortikal.

 

Berikut ini adalah ciri-ciri penderita Alzheimer yang dapat dikenali oleh orang awam:
-Gangguan daya ingat yang mempengaruhi ketrampilan pekerjaan
-Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan
-Kesulitan berbicara bahasa
-Gangguan pengenalan waktu dan tempat
-Kesulitan mengambil keputusan yang tepat
-Kesulitan berpikir abstrak
-Salah meletakan barang
-Perubahan mood dan tingkah laku
-Perubahan kepribadian
-Kehilangan inisiatif

Prognosa dan Terapi bagi Penderita Alzheimer

 

Penyakit Alzheimer tidak dapat disembuhkan. Perkembangan penyakit hanya dapat dihambat dengan pemberian terapi farmakologi. 10% - 15% penderita Alzheimer masih dapat "tertolong" bila treatmen diberikan pada saat kerusakan otak belum terlalu permanen. Penderita Alzheimer dapat bertahan hidup antara 1 – 20 tahun, dengan rata-rata masa hidup selama 8 tahun.
Untuk meringankan penderitaan penderita Alzheimer maka dapat dilakukan Terapi Farmakologi dan Terapi Psiko-sosial terhadap mereka. Kondisi psikologis yg umum terjadi pada penderita, seperti stres, depresi, cemas, dan reaksi emosional negatif lainnya, dapat diatasi dengan pemberian terapi Suportif & terapi Edukasi.

 


Apa yang bisa dilakukan oleh keluarga atau pendamping penderita Alzheimer? Menerima penderita apa adanya dan pemberian dukungan penuh kepada mereka dapat meringankan stres emosional yang dirasakan penderita Alzheimer. Keluarga/ pendamping juga dapat membantu mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas mana yang masih dapat dilakukan dengan baik oleh penderita, dan fokus terhadap potensi positif tersebut. Memasang memorabilia, menempel pengingat waktu atau petunjuk dalam kegiatan tertentu di tempat yang mudah dilihat penderita, kiranya amat membantu ybs dalam mengatasi masalah disorientasi dan 'pikun'nya tersebut. Penderita ada baiknya perlu dibekali secarik kertas bertuliskan alamat dan nomer telepon yang dapat dihubungi bila sewaktu-waktu ia tersesat di jalan.

 


Selain terhadap penderita, intervensi psikologis juga perlu diberikan kepada keluarga atau pendamping penderita. Intervensi psikologis ini diperlukan karena keluarga / pendamping penderita tak jarang mengalami beban emosional berupa stress, saling menyalahkan / menyalahkan diri sendiri. Merawat penderita Alzheimer juga dapat menimbulkan beban finansial bagi keluarga yang bersangkutan. Bila penderita Alzheimer sebelumnya merupakan tulang punggung keluarga, maka kehilangan sumber penghasilan secara mendadak ini tentunya akan menimbulkan tekanan tersendiri bagi keluarga batihnya. Biaya perawatan penderita Alzheimer yang tidak sedikit tentunya juga berpotensi menjadi masalah bagi mereka yang berasal dari golongan menengah dan menengah ke bawah.

Daftar Pustaka
· Braaten, Parsons, McCue, Sellers, Burns, Neurocognitive Differential Diagnosis of Dementing Disease : Alzheimer's Dementia, Vascular Dementia, Frontotemporal Dementia, and Major Depressive Disorder, International Journal Neuroscience, no. 116 : 1271-1293, 2006.
· DSM IV Text Revision, 2006
· Kaplan & Saddock, Handbook of Psychiatry
· Ringkasan Laporan Access Economics Pty Limited untuk Anggota Alzheimer Disease International, Demensia di Asia Pasifik : Sudah Ada Wabah, 2006

 



Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.

1 comment:

Scanner Barcode said...

apakah lupa yang terlalu sering atau tiap hari masih wajar??atau bahkan bertanya kepada seseorang menanyakan hal yang sama dalam satu hari apakah itu wajar padahal org tersebut sudah menjawabnya??