Stephen Hawkings, pakar Astrofisika dari Inggris, berharap dalam 200 tahun mendatang manusia sudah menemukan planet baru yang dapat ditinggali dan mengimbau agar eksplorasi ruang angkasa lebih digalakkan lagi.
Menjelajah wilayah yang belum terjamah, mengeksplorasi ranah yang belum diketahui. Kata-kata serupa sering terdengar di awal film-film yang mengangkat tema luar angkasa.
Realitanya, hanya segelintir institusi saja yang dapat merealisasi impian itu. Salah satu institusi terpenting adalah NASA, Badan Ruang Angkasa Amerika, yang tahun ini berusia 50 tahun. Anggaran operasional NASA mencapai lebih dari 17 milyar Dolar AS setahunnya.
Terkait dengan itu, pakar Astrofisika Inggris Stephen Hawkings menyampaikan serangkaian ceramah di Universitas George Washington di Amerika mengenai pentingnya meneliti ruang angkasa.
Publikasi Stephen Hawkings termasuk buku "Sejarah Singkat mengenai Waktu, Lubang Hitam dan Alam Semesta". Pemikiran Hawkings mengenai hukum alam serta lubang-lubang hitam yang bertebaran di ruang angkasa merupakan inspirasi dan tantangan bagi seniman maupun ilmuwan lainnya.
Dalam sebuah pameran lintas seni di Jerman, awal tahun 2008, misalnya, peneliti teori Chaos, Otto Roessler, sengaja melakukan eksperimen untuk membuktikan salahnya pemikiran Hawkings. Roessler mengatakan, ada seorang pakar fisika yang cemerlang dan dikagumi di seluruh dunia.
Ia bernama Stephen Hawkings dan ia telah membuktikan, bahwa lubang-lubang hitam di ruang angkasa bisa sama sekali tidak berbahaya. Tapi saya justru membuktikan sebaliknya, bahwa lubang-lubang itu sangat jahat dan alam semesta dipenuhi oleh lubang-lubang hitam itu.
var curDiv = document.getElementById('ln12');
Stephen Hawkings melihat konsekwensi besar dari penelitian ruang angkasa. Menurut dia, hal ini dapat menentukan, apakah manusia memiliki masa depan. Dalam ceramahnya di Amerika, ia membayangkan pembangunan sebuah markas di bulan dalam 30 tahun ke depan. Selain itu, penemuan planet lain yang bisa ditinggali manusia.
Hawkings mengimbau, agar upaya menaklukan angkasa luar dilakukan dengan keberanian dan keingintahuan yang pernah dimiliki oleh Christopher Columbus ketika menemukan benua Amerika. Sebutnya, masyarakat dunia saat ini berada di tahap yang serupa dengan Eropa masa itu, sebelum tahun 1492.
Hawkings mengingatkan, ketika itupun banyak pihak yang mengecam biaya eksplorasi Christopher Columbus sebagai pemborosan. Ungkapnya, bayangkan saja, bila waktu itu eksplorasi Columbus dibatalkan, tak mungkin sekarang ada MacDonald dan KFC di mana-mana. Begitu kata ahli fisika lumpuh, tapi penuh semangat ini.
Stephen Hawkings yang berusia 66 tahun, sejak puluhan tahun menderita penyakit syaraf yang menyebabkan kelumpuhan. Untuk berbicara pun ia harus menggunakan alat khusus. Tahun 2007, ia berhasil melangkah turun dari kursi rodanya dan mengambang tanpa gravitasi dalam sebuah pesawat khusus. Ia berharap dapat mengulangi pengalaman itu lagi.
Menjelajah wilayah yang belum terjamah, mengeksplorasi ranah yang belum diketahui. Kata-kata serupa sering terdengar di awal film-film yang mengangkat tema luar angkasa.
Realitanya, hanya segelintir institusi saja yang dapat merealisasi impian itu. Salah satu institusi terpenting adalah NASA, Badan Ruang Angkasa Amerika, yang tahun ini berusia 50 tahun. Anggaran operasional NASA mencapai lebih dari 17 milyar Dolar AS setahunnya.
Terkait dengan itu, pakar Astrofisika Inggris Stephen Hawkings menyampaikan serangkaian ceramah di Universitas George Washington di Amerika mengenai pentingnya meneliti ruang angkasa.
Publikasi Stephen Hawkings termasuk buku "Sejarah Singkat mengenai Waktu, Lubang Hitam dan Alam Semesta". Pemikiran Hawkings mengenai hukum alam serta lubang-lubang hitam yang bertebaran di ruang angkasa merupakan inspirasi dan tantangan bagi seniman maupun ilmuwan lainnya.
Dalam sebuah pameran lintas seni di Jerman, awal tahun 2008, misalnya, peneliti teori Chaos, Otto Roessler, sengaja melakukan eksperimen untuk membuktikan salahnya pemikiran Hawkings. Roessler mengatakan, ada seorang pakar fisika yang cemerlang dan dikagumi di seluruh dunia.
Ia bernama Stephen Hawkings dan ia telah membuktikan, bahwa lubang-lubang hitam di ruang angkasa bisa sama sekali tidak berbahaya. Tapi saya justru membuktikan sebaliknya, bahwa lubang-lubang itu sangat jahat dan alam semesta dipenuhi oleh lubang-lubang hitam itu.
var curDiv = document.getElementById('ln12');
Stephen Hawkings melihat konsekwensi besar dari penelitian ruang angkasa. Menurut dia, hal ini dapat menentukan, apakah manusia memiliki masa depan. Dalam ceramahnya di Amerika, ia membayangkan pembangunan sebuah markas di bulan dalam 30 tahun ke depan. Selain itu, penemuan planet lain yang bisa ditinggali manusia.
Hawkings mengimbau, agar upaya menaklukan angkasa luar dilakukan dengan keberanian dan keingintahuan yang pernah dimiliki oleh Christopher Columbus ketika menemukan benua Amerika. Sebutnya, masyarakat dunia saat ini berada di tahap yang serupa dengan Eropa masa itu, sebelum tahun 1492.
Hawkings mengingatkan, ketika itupun banyak pihak yang mengecam biaya eksplorasi Christopher Columbus sebagai pemborosan. Ungkapnya, bayangkan saja, bila waktu itu eksplorasi Columbus dibatalkan, tak mungkin sekarang ada MacDonald dan KFC di mana-mana. Begitu kata ahli fisika lumpuh, tapi penuh semangat ini.
Stephen Hawkings yang berusia 66 tahun, sejak puluhan tahun menderita penyakit syaraf yang menyebabkan kelumpuhan. Untuk berbicara pun ia harus menggunakan alat khusus. Tahun 2007, ia berhasil melangkah turun dari kursi rodanya dan mengambang tanpa gravitasi dalam sebuah pesawat khusus. Ia berharap dapat mengulangi pengalaman itu lagi.
No comments:
Post a Comment